Ketika kita sering mendengar istilah UMKM NAIK KELAS maka kita harus memahami apa itu Level Usaha... Anda berada di Level mana, apa saja problem di level tsb, apa yang harus dilakukan untuk naik kelas?
Komunitas Indowira mempunyai Divisi Edukasi yang akan membimbing member komunitas Indowira untuk Naik Level Usaha. Berikut ini adalah LEVEL USAHA menurut Sekolah Wirausaha dan Sekolah Leader :
SEKOLAH WIRAUSAHA membina UMKM PEMULA / START UP
Sekolah Wirausaha (@sekolahwirausaha.id) • Instagram photos and videos Level 0 – CARI USAHA
kondisi = adalah level masyarakat yang ingin memulai usaha, tapi tidak tahu caranya.
problem = Mindset
solusi = Sekolah Wirausaha akan mensetup mindset member Indowira untuk Berani Usaha
Level 1 – CARI MAKAN - LEVEL KARYAWAN
kondisi = Pada level ini, seorang pengusaha masih menjalankan bisnisnya sendiri, semuanya dilakukan sendiri.
problem = Omzet
solusi = Sekolah Wirausaha akan mengajarkan bagaimana menaikkan omzet
Level 2 – CARI DUIT - LEVEL MANAGER
kondisi = Pengusaha pada titik ini, sudah memiliki karyawan, namun dia masih terlibat aktif dalam menjalankan usahanya.
problem = Leadership
solusi = Sekolah Wirausaha akan mengajarkan bagaimana membangun tim yang solid dan kuat untuk proses marketing, produksi/operasional dan back office.
SEKOLAH LEADER membina UMKM TINGKAT LANJUT / SCALE UP
Level 3 – CARI SYSTEM - LEVEL BUSINESS OWNER
kondisi = Level ini adalah level impian kebanyakan orang, karena pada tahap ini, dia sudah bisa mempercayakan bisnisnya untuk dijalankan orang lain. Sehingga dia bisa menggunakan waktunya dengan lebih leluasa
problem = Autopilot
solusi = Sekolah Leader akan mengajarkan bagaimana menyusun system bisnis agar autopilot agar Pemilik Bisnis punya banyak waktu untuk memikirkan pengembangan usaha.
Level 4 – CARI MITRA - LEVEL JUAL BELI PERUSAHAAN
kondisi = Selain pengusaha ini memiliki perusahaannya sendiri, pengusaha pada level ini biasanya melakukan bisnis dengan cara membeli perusahaan yang sudah berjalan dan kemudian memberikan nilai tambah kepada perusahaan itu, sehingga pada akhirnya dia bisa menjual perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal.
problem = Partnership
solusi = Sekolah Leader akan mengajarkan bagaimana me-waralaba-kan sebuah usaha
Level 5 – CARI AMAL - LEVEL PENGUSAHA SEJATI
kondisi = Level paling ultimate seorang pengusaha, yang mana dia telah melewati seluruh tahapan level dari bawah, dan pada akhirnya dia menjadi pengusaha yang memberikan kembali apa yang dia dapatkan kepada Masyarakat secara konsisten.
problem = Konsisten Amal
solusi = Sekolah Leader akan mengajarkan bagaimana membangun kendaraan amal dan aksi sosial sebagai timbal balik atas kesuksesan yg telah diraih.
------------
4 TINGKAT PERTUMBUHAN BISNIS
Ada 4 level pertumbuhan bisnis sebuah perusahaan. Tumbuh dalam laba, omzet, aset dan nilai pasar ( valuation) Saya akan menjelaskan dengan contoh. Sebuah perusahaan bergerak di bisnis resto dengan ratusan gerai. Sebut saja PT ABC atau singkatnya ABC. ABC dalam setahun menghasilkan laba Rp 100 M.
Level 1 : CASH COW BUSINESS
Sapi perah ( Cash cow) adalah julukan untuk sebuah perusahaan yang berada pada level pertumbuhan paling bawah.
ABC pada contoh di atas disebut sapi perah jika seluruh laba diambil sebagai dividen oleh pemegang saham. Angkanya bisa dibaca dari laporan arus kas perusahaan. Seluruh laba yaitu Rp 100 M sebagaimana contoh di atas dibagi sebagai dividen. Sama sekali tidak ada yang dialokasikan untuk investasi.
Inilah level terburuk dalam pertumbuhaan perusahan. Lebih buruk lagi kalau belum bisa meraih PROFIT. Maka itulah seburuk buruknya perusahaan. Apapun alasannya apapun industrinya.
Perusahaan yang belum profit biasanya belum berhasil menemukan " Pendapatan harian" atau Recurring Income. Sehingga hampir setiap bulan perusahaan berada di jurang menuju lembah kematian ( The Death of Valley).
LEVEL 2: GASPOL TUMBUH 100% DARI LABA
Level kedua lebih baik dari level pertama. ABC pada contoh di atas akan menjadi perusahaan level kedua jika dari laba Rp 100M seluruhnya digunakan untuk berinvestasi. Pemegang saham melakukan puasa deviden.
Pemegang sahamnya hidup sederhana. Para pengusaha Tionghoa generasi awal terkenal dengan karakter ini. Mereka dikenal dengan kesuksesannya membangun bisnis. Tapi kalau pemegang sahamnya tak diberi dividen bertahun-tahun itu namanya dzolim, apalagi jelas perusahannya untung. Kalau sudah IPO, sahamnya bisa ambrol harganya kalau porsi bagi devidennya kecil atau Devend Payout Rationya kecil.
LEVEL 3: LABA DITAHAN + HUTANG BANK.
Berikutnya dalah level ketiga. ABC akan disebut berada pada level pertumbuhan ketiga jika dari laba Rp 100 M tetap dibiarkan sebagai laba ditahan. Tidak ada yang diambil sebagai dividen. Tetapi tidak cukup hanya dengan laba ditahan. Adanya tambahan aset dari laba tersebut juga memberi peluang ABC untuk mendapatkan tambahan hutang.
Jika Rp 100 M menjadi agunan maka bank akan memberi pinjaman sekitar Rp 70M. Maka, total dana investasi untuk ekspansi adalah Rp 170 M. Atau 1,7 x laba . Kalau gak paham kamu bacanya pelan pelan guys.
Jika setiap perolehan laba diperlakukan seperti itu, maka perusahaan seperti ini akan memiliki rasio hutang terhadap ekuitas (DER- Debt Equity Ratio) sebesar 0,7.
Dalam berbagai industri angka DER seperti ini masih aman. Cukup memberi ruang pertumbuhan. Tetapi masih cukup aman dari risiko gagal bayar. DER maksimal 2. Atau Hutangnya 2x dari ekuitasnya.
LEVEL 4: LABA DITAHAN + HUTANG BANK+ SAHAM BARU
Level keempat adalah level tertinggi. Dicapai dengan melakukan seperti yang dilakukan sampai level ketiga, plus dengan penerbitan saham baru.
Level keempat ini disebut sebagai SCALE UP. .
ABC tadi berekspansi membangun resto baru dengan dana lebih dari 5x laba dengan struktur modal yang aman. Sebesar 1,7 x laba diperoleh dari laba ditahan dan pinjaman.
Sisanya yaitu *3,3 x laba diperoleh dari menerbitkan saham baru (right issue) *. Baik secara private placement di luar lantai bursa. Maupun di lantai bursa melalui IPO maupun rights issue setelahnya.
Cara inilah yang akan menjadikan perusahaan tumbuh secara eksponensial dalam hal laba, omzet, aset, par value, book value, maupun market valuenya.
HUtang kan riba? Tidak selalu. Ada yang tidak riba. Seperti hutang dagang, atau penerbitan SUKUK, atau utang dengan skema murabahah kepada bank syariah. Memberi tempat kepada bank syariah untuk ikut tumbuh melayani masyarakat. Mengelola idle money jangka pendek milik masyarakat.
Apakah scale up bisa dilakukan tanpa hutang? Bisa. Bahkan juga bisa dilakukan dengan tetap membagikan dividen.
Perusahaan tetap bisa berekspansi dengan 5x laba bahkan lebih. Kembali pada contoh ABC di atas. Ekstermnya, Scale Up tetap bisa dilakukan dengan seluruh laba dibagikan sebagai dividen sekaligus tanpa utang. Caranya adalah dengan menerbitkan saham baru dengan nilai 5x laba. Duit dari hasil menguangkan intangible asset. Duit dari hasil proses korporatisasi.
Bagaimana perusahaan Anda? Sapi perah, mengencangkan ikat pinggang, berani utang, atau scale up?
-----
artikel ini menggabungkan inspirasi dari beberapa sumber antara lain Action Coach, Kyai Marketing, Iman SNF Consulting
Comments